Kamis, 31 Maret 2011

arti IKHLAS

Ikhlas menurut bahasa adalah tulus hati, membersihkan hati dan memurnikan niat. Sedangkan menurut istilah berarti mengerjakan amal ibadah dengan niat hanya kepada Allah untuk memperoleh ridha-Nya. Pengertian lain adalah mentauhidkan dan mengkhususkan Allah sebagai tujuan dalam berbuat taat kepada aturan-Nya.
Melalui pemahaman tersebut, tersimpul bahwa ikhlas merupakan syarat mutlak diterimanya amal. Perhatikannlah Q.S Al Bayyinah 98 : 5
Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya, karena yang ahrus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah titik awal dari gerak atau niat manusia.
Melalui niat yang baik, menjadi awal perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas, akan mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Bila tingkatan yang terkahir ini mampu dicapai manusia, maka akan muncul adalah kebersihan hati dan ketulusan jiwa, sehingga tidak ada satu pekerjaan pun yang dirasakan sebagai beban.

sumber: Pengertian Ikhlas http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2092964-pengertian-ikhlas/#ixzz1IErMArPD

P


Keutamaan bersyukur

Selasa, 29 Maret 2011

latar belakang prilaku organisasi


I.1. Latar Belakang
Saat ini dinamika kerja pada organisasi-organisasi di seluruh dunia telah
bergeser dari bekerja secara individual menjadi bekerja secara tim. Efektivitas dan
kinerja tim ditentukan oleh kemampuan anggota bekerja dalam tim. Akan tetapi tidak
semua orang mampu bekerja dalam tim, karena memerlukan kemampuan individu
untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur, bekerja sama dengan orang lain,
membagi informasi, mengakui perbedaan dan mampu menyelesaikan konflik, serta
dapat menekan tujuan pribadi demi tujuan tim.
Semua kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki individu yang bekerja
di dalam tim termasuk ke dalam keterampilan interpersonal. Keterampilan tersebut
hanya dapat ditampilkan oleh individu yang peduli terhadap individu yang lain dan
berusaha menampilkan yang terbaik jauh melebihi yang diprasyaratkan dalam
pekerjaannya. Dengan kata lain individu tersebut menampilkan perilaku sosial
organisasi.
Perilaku Sosial Organisasi atau lebih dikenal dengan istilah Organizational
Behaviour Citizenships (OCB) merupakan sikap atau perilaku karyawan di mana ia
melakukan tugas .lebih. atau di luar deskripsi perusahaan. Bentuk perilaku kondisi
OCB, antara lain adalah sikap menolong, kesediaan menerima keadaan yang kurang
ideal, ikut bertanggung jawab, serta terlibat dalam memperhatikan kehidupan.organisasi, mencegah terjadinya masalah, dan mengerjakan suatu pekerjaan di luarpersyaratan minimal.Perilaku ini cenderung melihat seseorang (pegawai) sebagai makhluk sosial (menjadi anggota organisasi), dibandingkan sebagai makhluk individual yangmementingkan diri sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai kemampuanuntuk memiliki empati kepada orang lain dan lingkungannya dan menyelaraskannilai-nilai yang dianutnya dengan nilai-nilai yang dimiliki lingkungannya untukmenjaga dan meningkatkan interaksi sosial yang lebih baik. Jika pegawai dalamorganisasi memiliki OCB maka usaha untuk mengendalikan pegawai menurun karenapegawai dapat mengendalikan perilakunya sendiri atau mampu memilih perilakuterbaik untuk kepentingan organisasinya.
Terjadinya perubahan-perubahan dalam organisasi di Indonesia, seperti
downsizing (perampingan organisasi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja),
mempunyai dampak pada terjadinya perubahan dalam tugas dan kewajiban pegawai,
untuk itu sangat diharapkan agar pegawai menjadi lebih kreatif mencari cara baru
untuk memperbaiki efisiensi kerja di organisasi. Ketika organisasi mengurangi
jumlah pegawai, organisasi itu akan lebih tergantung pada pegawai yang tetap tinggal
untuk melakukan hal-hal melebihi apa yang ditugaskan kepada mereka. Oleh karena
itu, pegawai tersebut diharapkan menampilkan perilaku sosial organisasi.
Sumber Daya Manusia di Indonesia secara umum masih dinilai berkualitas
rendah, terutama yang bekerja pada instansi pemerintahan. Salah satu contoh adalah
tidak sedikitnya Pegawai Negeri Sipil Daerah yang kurang memiliki inisiatif sendiri
untuk bekerja dengan baik, mereka harus mendapat tekanan dari atasan untuk bekerja
lebih baik. Begitu juga dengan tindakan-tindakan indisipliner yang masih sering
mereka lakukan seperti tidak masuk kerja.
Pada pengamatan di Sekretariat Daerah Kota Tanjungbalai ditemukan adanya
PNS yang datang terlambat dan pulang lebih awal tanpa melakukan aktivitas yang
berarti, lamban dalam menyelesaikan pekerjaan, saat jam kerja ada beberapa PNS
berbincang-bincang dengan santai yang tidak ada kaitannya dengan pekerjaan,
bahkan ada pegawai yang bermain game dan facebook di komputer untuk mengisi
waktu. Kebanyakan pegawai berpendapat rajin tidak rajin tidak berpengaruh terhadap
imbalan yang mereka terima. Maka untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja organisasi dibutuhkan pegawai yang dapat menampilkan Perilaku Sosial
Organisasi.
Perilaku sosial organisasi juga dipandang sebagai manifestasi dari kodrat
manusia sebagai makhluk sosial maka akan sangat mungkin dipengaruhi oleh
kompetensi sosial yang dimiliki pegawai. Kecerdasan emosi merupakan suatu
kapasitas yang mengidentifikasikan seberapa tinggi tingkat kompetensi personal dan
sosial dari orang yang bersangkutan. Jadi kecerdasan emosi diduga berkaitan erat
dengan perilaku sosial organisasi. Seperti dalam studi pendahuluan ditemukan adanya
pegawai yang kurang terampil dalam menjalin komunikasi yang efektif terhadap
orang lain dan ketidakmampuan pegawai dalam mengatasi emosi-emosi yang terjadi
dilingkungan kerja mereka, hal ini menyebabkan tidak terbentuknya perilaku sosial
organisasi pegawai tersebut.
Komitmen organisasi juga dipandang sebagai faktor yang dapat memberi
pengaruh terhadap munculnya perilaku sosial organisasi pegawai. Pegawai dengan
affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan emosional yang erat terhadap
organisasi. Hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan
keinginan untuk berkontribusi secara berarti terhadap organisasi.
Begitu juga dengan sikap pada budaya organisasi yang juga dipandang
sebagai faktor yang memberi pengaruh terhadap perilaku sosial organisasi. Budaya
organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan
di masa yang akan datang. Budaya organisasi dapat dibentuk oleh mereka yang
terlibat dengan organisasi dengan mengacu pada etika organisasi, peraturan kerja, dan
struktur organisasi. Bersama-sama dengan struktur organisasi, budaya organisasi
membentuk dan mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku pegawainya.
Berkaitan dengan nilai profesional yang dianut, maka pegawai seharusnya adaptif
terhadap perubahan-perubahan nilai budaya organisasi. Sikap terhadap budaya
organisasi menjadi lebih bermakna dalam mempercepat atau memperlambat
kemampuan adaptif ini. Apabila pegawai memiliki nilai individual yang bertentangan
dengan budaya organisasi, hal ini menunjukkan tingkat afeksi yang rendah, demikian
pula sebaliknya. Dalam hal ini harus ada fakta yang jelas bagaimana sikap pegawai
terhadap budaya organisasi yang berlaku. Kalau pegawai menunjukkan sikap yang
baik terhadap budaya organisasi, maka diprediksikan akan mudah terbentuk perilaku
sosial organisasi.
Faktor kepuasan kerja pegawai merupakan faktor yang sangat penting dalam
menampilkan perilaku sosial organisasi. Pegawai yang merasa seperti bekerja
di rumah sendiri, dipercaya dan merasa berharga, akan melakukan sesuatu yang
.lebih. dari yang sekadar diminta. Ini karena mereka akan merasa bekerja sambil
bermain, mereka menikmati apa yang dikerjakan sehingga tidak merasa berat
melakukan kerja ekstra karena hak dan martabatnya dihargai dan dinilai penting.
Pada studi pendahuluan juga dijumpai hal-hal yang berkaitan dengan
ketidakpuasan kerja seperti adanya penempatan pegawai pada posisi yang tidak
sesuai dengan keahliannya dan kurangnya kerjasama yang efektif antar rekan kerja.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai adalah dengan
melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Gaya kepemimpinan transformasional
merupakan salah satu faktor penentu kepuasan kerja. Rendahnya kinerja pegawai
lebih banyak disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kondisi kerja karena pegawai
merasa pimpinan tidak memberi kepercayaan kepada pegawai, tidak ada keterlibatan
pegawai dalam pembuatan keputusan, pemimpin berlaku tidak objektif dan tidak jujur
pada pegawai, dan juga tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pegawai.
Kepuasan kerja pegawai juga tidak terlepas dari iklim organisasi yang
berlaku. Iklim organisasi merupakan keadaan di tempat kerja baik fisik maupun non
fisik yang mendukung pelaksanaan tugas dalam organisasi. Apabila iklim organisasi
tidak kondusif maka ketidakpuasan kerja akan terjadi, begitu juga sebaliknya, jika
iklim organisasi kondusif maka akan meningkatkan kepuasan kerja pegawai.
I.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sejauhmana pengaruh iklim orgasisasi dan kepemimpinan transformasional
terhadap kepuasan kerja Pegawai Negeri Sipil di Sekretariat Daerah Kota
Tanjungbalai?
2. Sejauhmana pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasi, kecerdasan emosi dan
sikap pada budaya organisasi terhadap perilaku sosial organisasi Pegawai Negeri
Sipil di Sekretariat Daerah Kota Tanjungbalai?